Liturgi dengan Unsur Alam

  1. Persiapan dan Pembukaan Ibadah

Jemaat diminta sejenak untuk saat teduh pribadi lalu anak-anak sekolah minggu menyanyikan Semesta Bernyanyi dengan riang gembira. Cukup diiringi petikan gitar saja dengan beat yang riang gembira. Dinyanyikan 2 kali secara keseluruhan lalu ditutup dengan pengulangan bagian reffrein 1 kali lagi. Anak-anak boleh menyanyikan sambil tepuk tangan.

 

  1. Prosesi diiringi Nyanyian Pembuka KJ No. 1 “Haleluya, Pujilah”

Pendeta dan Penatua memasuki ruang ibadah dengan membawa beberapa symbol, yang terdiri dari : salib, kitab suci, obor yang menyala (melambangkan api), cawan atau mangkok berisi tanah, mangkok yang berisi air, dan sebuah balon (melambangkan udara). Semuanya diletakkan di tempat yang telah disediakan di depan pelataran.

 

Votum dan Salam

Pendeta:

“Bersyukurlah kepada Allah semesta langit! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.” (Mazmur 136:26)

“Patutlah kita sungguh bersyukur atas alam semesta yang Tuhan berikan kepada kita. Segala hewan, segala tanaman, segala ciptaan yang ada membuat kita mampu untuk bertahan hidup sampai pada hari ini. Oleh karena itu, patutlah pada hari ini kita mengucap syukur pada Tuhan dengan merayakan persekutuan kita ini.”

Nyanyian Bersama : KJ No. 337:1-3 “Betapa Kita Tidak Bersyukur”

 

Pengakuan Dosa

Pendeta :

Betapa indahnya Allah telah menciptakan langit dan bumi, terang, cakrawala, air, daratan, burung di udara, tanaman, hewan di darat, bahkan manusia. Dan semuanya itu diciptakan baik adanya. Segala kebaikan itu pun dipercyakan kepada kita, manusia, ciptaan yang terbaik. Namun, sejenak kita diminta untuk menyadari segala kekurangan kita hidup di alam ini.

Sampah, asap, minyak-minyak bekas yang dibuang begitu saja. Semua itu adalah contoh kekurangan kita sebagai orang yang Tuhan percaya untuk memelihara alam. Saat semua itu kita buang sembarangan, alam pun tercemar dan artinya kita gagal dipercaya oleh Allah untuk saat itu. Baiklah kita sekarang mencoba untuk mengingat sudah seberapa banyak kita mencemari alam paling tidak dalam seminggu ini, sebagai bentuk pengakuan kita atas kekurangan, atas kesalahan, atas dosa kita.

Hening sejenak (bisa juga diiringi instrument yang lembut)

Bapa, inilah pengakuan kami Bapa. Ajarkan kami untuk selalu berusaha menjadi anak-anak yang Bapa yang baik. Bahkan sedapat mungkin menjadi yang terbaik. Karena kami telah beroleh pengampunan, dalam karya pengorbanan Anak-Mu Tuhan Yesus Kristus, saudara kami. Amin.

 

Nyanyian Bersama

 

Fragmen 4 Unsur Alam : Berkat yang selalu ada setiap hari!!

 

Udara

Kami memaknai udara sebagai zat yang masuk ke dalam tubuh manusia sehingga membuat manusia itu hidup. Demikian pula dengan Tuhan sebagai pemberi kehidupan yang merasuk ke dalam hidup manusia,dan memampukan manusia itu untuk dapat bertahan hidup.

 

Air

Ada dua dasar pemahaman yang digunakan sebagai titik tolak pengangkatan symbol air dalam rancang area altar ini. Sebagaimana mana yang telah lazim digunakan, tentu saja air sebagai pengingat akan baptisan yang telah diterima oleh jemaat, yang menandakan penerimaan kita akan keselamatan yang telah dimenangkan oleh Kristus di kayu salib. Berdasarkan Galatia 3:27, baptisan pertanda “mengenakan” Yesus di dalam hidup kita. Namun tidak hanya berhenti sampai di situ saja. Dengan konsep air itu selalu mencari tempat yang lebih rendah, atau dengan bahasa yang lazim disebut mengalir, pemahaman teologis tentang air ini juga selanjutnya hendak diarahkan pada nilai hidup orang Krsiten sebagai penerima baptisan tersebut. Hendaklah orang Kristen tersebut memampukan dirinya menjadi jawaban atas “kehausan” iman orang-orang disekitarnya. Seperti yang tertulis di dalam Wahyu 22:1-2.

 

Tanah

Pemahaman mendasar tentang tanah adalah penekanan tanah sebagai sebagai sumber kehidupan. Dari tanahlah keluar berbagai macam tumbuhan yang mendukung kehidupan seluruh ciptaan yang membutuhkan makanan (Kejadian 1:11-12). Manusia, binatang, dan tumbuhan hidup dan berpijak di tanah. Manusia, binatang, dan tumbuhan saat mati juga akan kembali ke dalam tanah.  namun, sekali lagi, penekanannya adalah pada tanah sebagai sumber kehidupan. Dalam Alkitab, khususnya Yehezkiel 34:27, di mana Allah menjanjikan tanah yang akan memberikan hasil tersebut. Tanah yang diberikan Allah sebagai berkat untuk tempat manusia itu hidup tentram. Ibrani 6:7 menggambarkan bagaimana tanah bekerjasama dengan air. Bak sebuah taman, yang akan gambaran nyata tanah sebagai “tempat keluarnya” kehidupan, dan tempat berlangsungnya kehidupan tersebut. Tanah akan menumbuhkan berbagai tanaman yang indah saat ada air yang mendukungnya  dan ada kemauan bagi si pemiliknya untuk merawatnya dan mengolahnya. Demikian pula hidup dan berbagai unsur pendukungnya yang telah Tuhan berikan kepada manusia. Bahwa itu akan berguna dan membuat hidup manusia menjadi lebih indah saat semua saling mendukung satu sama lain, dan mau merawat dan berproses di dalam kehidupan yang diberikan Tuhan itu.

 

Api

Tentu saja api melambang semangat Roh Kudus yang hadir di dalam hidup manusia. berangkat dari peristiwa Pentakosta di dalam Kisah Para Rasul 2:1-4, dan dengan semangat Roh Kudus tersebut, diharapkan manusia juga dimampukan untuk menjadi terang di dalam kehidupannya dengan dunia ini (Matius 5:16). Semangat yang membara oleh para rasul juga seperti nyala api yang berkobar. Bagaimana dengan kehidupan keimanan kita? Sudahkah kita mampu menyalakan api kehidupan kita? Ataukah selama ini, hanya nyala api kemarahan yang ada dalam hidup kita?

 

Pelayanan Firman

  • Pembacaan Nats
  • Doa Epiklese
  • Firman

 

Doa-doa Alam

Berdoa syafaat (jemaat, gereja, bangsa dan Negara), tetapi juga doa-doa yang berisi ungkapan syukur untuk alam yang telah Allah berikan pada manusia. Sekaligus juga berisi permohonan untuk bimbingan Tuhan bagi manusia untuk memelihara alam yang ada.

 

10.  Persembahan

Diawali dengan memindahkan simbol-simbol unsur alam dari pelataran altar. Lalu diikuti dengan persembahan jemaat. Persembahan dikumpulkan tanpa iringan lagu atau musik dengan tujuan agar jemaat dapat menyampaikan persembahan dengan penuh penghayatan. Memberikan dari ketulusan dalam hati. Jadi, situasi divaga sehening mungkin untuk persembahan ini.

 

11.  Pengutusan dan Berkat

Tuhan, umat-Mu bersyukur untuk alam yang telah Tuhan percayakan bagi umat-Mu. Meskipun sering melalaikan alam ini sehingga mengakibatkan  kerusakan, Sekarang utuslah umat-Mu  belajar untuk memlihara alam ini. Amin.

Sebagai anak-anak pewaris segala kekayaan Allah, baiklah kita kembali ke kehidupan kita masing-masing. Berusaha untuk memelihara dan mengembangkan apa yang telah Allah Bapa serahkan kepada kita, dan terimalah berkat Allah yang akan menguatkan kita : Allah sumber segala kekuatan yang menciptakan kehidupan alam ini yang memberkati kita sehingga kita pun beroleh kekuatan untuk melanjutkan karya penciptaan Allah di muka bumi ini. Amin.

12.  Perjamuan Kasih

 

Yogyakarta, 26 Mei 2009

Hasudungan Putra Maduma Simanjuntak™

sdungs_batako3107@yahoo.com

 

 

 

Leave a comment